Kamis, 01 November 2012



Asal Usul Desa Surabaya

KERAJAAN PALEMBANG, PANGERAN SEDO ING RAJEG dan RAJA KANCING BOSI. RAJA KANCING BOSI adalah putra dari Pangeran Ario Utama, Raja terakhir dari Kerajaan Palembang yg merdeka, yg memerintah dari thn 1643 s/d 1659. Saat bertahta beliau bergelar Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat VI dan setelah wafat diberi gelar Pangeran Sedo ing Rajeg. (Catatan: Kerajaan Palembang berdiri sejak thn 1528 setelah kedatangan 24 orang bangsawan keturunan Raden Fatah dari Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran Sedo Ing Lautan ke Palembang, dgn Ki Gede Ing Suro Tuo diangkat sbg Raja pertama). Raja Kancing Bosi sbg Putra Mahkota dan sekalius sbg Panglima Kerajaan, yang kala itu dikenal dgn nama Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal, pd tgl 22 Agustus 1658 atas persetujuan ayahandanya bersama beberapa orang bangsawan Palembang menyerbu 2 buah kapal VOC pimpinan Cornelis Ockerz yg sedang berlabuh di Sungai Musi. Peristiwa ini disebabkan oleh tindak tanduk Belanda (VOC) yg angkuh dan tidak menyenangkan orang Pelembang, yang dengan berbagai kecurangan dan kelicikannya acapkali mengganggu aktivitas keseharian (terutama perdagangan) Kerajaan Palembang. Dalam penyerbuan tersebut Ockerz beserta 42 orang Belanda lainnya terbunuh serta 28 orang lainnya di tawan. Untuk membalas tindakan penyerbuan orang Palembang tsb, setahun kemudian Belanda mengirimkan armadanya yg diberangkatkan dari Batavia pd tgl, 19 Oktober 1659 yg terdiri dari 11 kapal yang diawaki oleh 600 orang pelaut dan 700 orang tentara darat dipimpin Laksamana Johan Van Der Laen. Setelah hampir 1 bulan menghadapi perlawanan yg gagah berani dari penduduk Palembang, pd tgl 24 November 1659 pasukan Belanda ini membakar habis kota dan istana raja Palembang di Kota Gawang (1 Ilir, tepatnya di lokasi PT. Pusri sekarang). Dalam situasi yang demikian, penduduk Palembang yang merasa terancam di satu pihak oleh pasukan Belanda dan dipihak lain oleh amukan api, dgn sendirinya terpaksa harus mengundurkan diri. Raja Palembang Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat VI bersama Putra Mahkota, Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal (Raja Kancing Bosi) terpaksa menyingkir ke Wilayah Indralaya. Setelah beberapa kali melancarkan aksi-aksi perlawanan secara gerilya thdp pihak Belanda, Pengeran Sedo Ing Rajeg wafat dalam pengungsiannya dan dimakamkan di Saka Tiga (Indralaya) . Dalam pada itu setelah Palembang rata dengan tanah karena penyerbuan Belanda th 1659 tsb, Pangeran Ario Kesuma alias Ki Mas Hindi , yaitu saudara (adik) Pangeran Sedo Ing Rajeg , diangkat sebagai Pengeran Palembang (dengan persetujuan Belanda dan atas anjuran penguasa Jambi yang bersahabat dengan Belanda). Selanjutnya pd thn 1675 Ki Mas Hindi mengangkat dirinya sebagai Sultan. Kerajaan Palembang dirubah menjadi Kesultanan dengan sekaligus juga merubah sistem pemerintahan yg lebih condong ke corak Melayu. Ki Mas Hindi juga memindahkan keraton dan Kota Palembang dari Kota Gawang ke Beringin Janggut. Sementara itu sesuai wasiat Pangeran Sedo Ing Rajeg sebelum wafatnya, untuk menghindari pengejaran pihak Belanda dan demi kelanjutan perlawanan secara gerilya, Raja Kancing Bosi dan para pengikutnya berpindah kedudukan lebih ke pedalaman lagi, yaitu di wilayah OKU hingga saat meninggalnya dan dimakamkan di desa Rasuan OKU.


Selanjutnya melihat situasi keamanan yg semakin genting, putra Raja Kancing Bosi yang bernama Makdum Sakti meminta kepada putranya yang bernama Dipati Jimat untuk mencari daerah pemukiman baru lebih kepedalaman lagi. Mereka sampai di suatu kawan hutan yg strategis secara alamiah, di pinggir sungai Komering, dan membuka kampung yang diberi nama SURABAYA. Konon nama tsb sengaja dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama karena tempat tsb terletak persis di pinggir perairan (sungai) yang banyak buayanya (sarang buaya) yg sengaja dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi kemungkinan pengejaran Belanda. Kedua sbg "napak tilas" perjalanan para pendiri Kerajaan Palembang yang dalam pelayaran/perpindahannya dari Demak ke Palembang pd awal abad ke-16 bertolak melalui Kota Surabaya. Riwayat keberadaan Kerajaan Palembang ini hingga transformasinya menjadi kesultanan merupakan fakta sejarah yg didukung banyak sumber otentik. Demikian juga Pangeran Sedo Ing Rajeg dan putranya, Raja Kancing Bosi alias Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal yg berjuang menentang penjajahan Belanda pada abad ke - 17 adalah tokoh-tokoh sejarah, bukan dongeng ataupun mitos. Demikian semoga uraian singkat ini dapat menjadi bahan pencerahan terutama bagi para peminat dan pemerhati sejarah perjuaangan nasional kita. Tks Wass wr wb. (Mahfudz Effendi)